Terlarangnya Mengucapkan Selamat Natal bagi Muslim
Tidak lama lagi, akan terdengar, akan terpampang tulisan yang dibaca “Merry Christmas”, atau yang artinya Selamat Hari Natal. Dan biasanya, momen ini disandingkan dengan ucapan Selamat Tahun Baru.
Sebagian orang menganggap ucapan semacam itu tidaklah bermasalah, apalagi yang yang berpendapat demikian adalah mereka orang-orang kafir. Namun hal ini menjadi masalah yang besar, ketika seorang muslim mengucapakan ucapan selamat terhadap perayaan orang-orang kafir.
Dan ada juga sebagian di antara kaum muslimin, berpendapat nyeleneh sebagaimana pendapatnya orang-orang kafir. Dengan alasan toleransi dalam beragama!? Toleransi beragama bukanlah seperti kesabaran yang tidak ada batasnya. Namun toleransi beragama dijunjung tinggi oleh syari’at, asal di dalamnya tidak terdapat penyelisihan syari’at. Bentuk toleransi bisa juga bentuknya adalah membiarkan saja mereka berhari raya tanpa turut serta dalam acara mereka, termasuk tidak perlu ada ucapan selamat.
Islam mengajarkan kemuliaan dan akhlak-akhlak terpuji. Tidak hanya perlakuan baik terhadap sesama muslim, namun juga kepada orang kafir. Bahkan seorang muslim dianjurkan berbuat baik kepada orang-orang kafir, selama orang-orang kafir tidak memerangi kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman,
Namun hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menggeneralisir sikap baik yang harus dilakukan oleh seorang muslim kepada orang-orang kafir. Sebagian orang menganggap bahwa mengucapkan ucapan selamat hari natal adalah suatu bentuk perbuatan baik kepada orang-orang nashrani. Namun patut dibedakan antara berbuat baik (ihsan) kepada orang kafir dengan bersikap loyal (wala) kepada orang kafir.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya kurban (‘Idul Adha) dan hari raya ‘Idul Fitri” (HR. Ahmad, shahih).
Sebagai muslim yang ta’at, cukuplah petunjuk Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi sebaik-baik petunjuk.
Nah,begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan selamat natal kepada seorang nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah tuhan mereka. Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata?
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
Ketika kita mengucapkan selamat natal, hal itu dapat menumbuhkan rasa cinta kita perlahan-lahan kepada mereka. Mungkin sebagian kita mengingkari, yang diucapkan hanya sekedar di lisan saja. Padahal seorang muslim diperintahkan untuk mengingkari sesembahan-sesembahan oarang kafir.
Allah Ta’ala berfirman,
Kutipan ayat di atas menunjukkan bahwa Maryam mengandung Nabi ‘Isa ‘alahis salam pada saat kurma sedang berbuah. Dan musim saat kurma berbuah adalah musim panas. Jadi selama ini natal yang diidetikkan dengan musim dingin (winter), adalah suatu hal yang keliru.
Allah Ta’ala telah berfirman,
Coba kita lihat hari ini, banyak yang disebut ustadz/ustadzah di TV ucapin selamat natal dan katakan ini khilaf, ada perselisihan di antara para ulama.
Coba bandingkan saja keilmuan dan kewara’an ulama dahulu dan ulama saat ini. Yang disebut ulama di masa kini, mereka berkata bahwa dalam ucapan selamat natal bagi musim terdapat khilaf (ada beda pendapat). Namun ulama di masa silam katakan tidak ada beda pendapat sama sekali atau itu adalah Ijma’ (kesepakatan ulama).
Coba lihat saja perkataan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah,
“Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.”
Bahkan jauh-jauh hari saja para sahabat Nabi sudah katakan jauhilah perayaan non-muslim, bukan malah dekati.
Umar berkata,
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
Yang disebut ulama saat ini malah ada yang turut masuk gereja untuk merayakan natal dan ucapkan selamat natal.
Kami lebih tentram dengan pendapat ulama masa silam. Mereka berpendapat di atas ilmu, di atas kewara’an dan bukan ingin cari simpati orang. Kalau mau bandingkan ilmunya pun bagaikan langit dan …. .
Tapi itulah musibah di akhir zaman, banyak muncul ustadz-ustadz selebriti yang asal berfatwa.
Hamdun bin Ahmad pernah ditanya, ” Mengapa ucapan ulama salaf lebih berkesan dibanding ucapan kita?” Jawabnya,
Al Hasan Al Bashri mengatakan,
Sebagian orang menganggap ucapan semacam itu tidaklah bermasalah, apalagi yang yang berpendapat demikian adalah mereka orang-orang kafir. Namun hal ini menjadi masalah yang besar, ketika seorang muslim mengucapakan ucapan selamat terhadap perayaan orang-orang kafir.
Dan ada juga sebagian di antara kaum muslimin, berpendapat nyeleneh sebagaimana pendapatnya orang-orang kafir. Dengan alasan toleransi dalam beragama!? Toleransi beragama bukanlah seperti kesabaran yang tidak ada batasnya. Namun toleransi beragama dijunjung tinggi oleh syari’at, asal di dalamnya tidak terdapat penyelisihan syari’at. Bentuk toleransi bisa juga bentuknya adalah membiarkan saja mereka berhari raya tanpa turut serta dalam acara mereka, termasuk tidak perlu ada ucapan selamat.
Islam mengajarkan kemuliaan dan akhlak-akhlak terpuji. Tidak hanya perlakuan baik terhadap sesama muslim, namun juga kepada orang kafir. Bahkan seorang muslim dianjurkan berbuat baik kepada orang-orang kafir, selama orang-orang kafir tidak memerangi kaum muslimin.
Allah Ta’ala berfirman,
لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ
يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن
تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah: 8)Namun hal ini dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk menggeneralisir sikap baik yang harus dilakukan oleh seorang muslim kepada orang-orang kafir. Sebagian orang menganggap bahwa mengucapkan ucapan selamat hari natal adalah suatu bentuk perbuatan baik kepada orang-orang nashrani. Namun patut dibedakan antara berbuat baik (ihsan) kepada orang kafir dengan bersikap loyal (wala) kepada orang kafir.
Alasan Terlarangnya Ucapan Selamat Natal
1- Bukanlah perayaan kaum muslimin
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa perayaan bagi kaum muslimin hanya ada 2, yaitu hari ‘Idul fitri dan hari ‘Idul Adha.Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata : “Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata : Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya kurban (‘Idul Adha) dan hari raya ‘Idul Fitri” (HR. Ahmad, shahih).
Sebagai muslim yang ta’at, cukuplah petunjuk Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi sebaik-baik petunjuk.
2- Menyetujui kekufuran orang-orang yang merayakan natal
Ketika ketika mengucapkan selamat atas sesuatu, pada hakekatnya kita memberikan suatu ucapan penghargaan. Misalnya ucapan selamat kepada teman yang telah lulus dari kuliahnya saat di wisuda.Nah,begitu juga dengan seorang yang muslim mengucapkan selamat natal kepada seorang nashrani. Seakan-akan orang yang mengucapkannya, menyematkan kalimat setuju akan kekufuran mereka. Karena mereka menganggap bahwa hari natal adalah hari kelahiran tuhan mereka, yaitu Nabi ‘Isa ‘alaihish shalatu wa sallam. Dan mereka menganggap bahwa Nabi ‘Isa adalah tuhan mereka. Bukankah hal ini adalah kekufuran yang sangat jelas dan nyata?
Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Bagimu agamamu, bagiku agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 6).3- Merupakan sikap loyal (wala) yang keliru
Loyal (wala) tidaklah sama dengan berbuat baik (ihsan). Wala memiliki arti loyal, menolong, atau memuliakan orang kita cintai, sehingga apabila kita wala terhadap seseorang, akan tumbuh rasa cinta kepada orang tersebut. Oleh karena itu, para kekasih Allah juga disebut dengan wali-wali Allah.Ketika kita mengucapkan selamat natal, hal itu dapat menumbuhkan rasa cinta kita perlahan-lahan kepada mereka. Mungkin sebagian kita mengingkari, yang diucapkan hanya sekedar di lisan saja. Padahal seorang muslim diperintahkan untuk mengingkari sesembahan-sesembahan oarang kafir.
Allah Ta’ala berfirman,
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي
إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَاء
مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا
بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى
تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada
Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata
kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari
daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran) mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (Qs. Al Mumtahanah: 4)4- Nabi melarang mendahului ucapan salam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ
“Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat).” (HR. Muslim no. 2167). Ucapan selamat natal termasuk di dalam larangan hadits ini.5- Menyerupai orang kafir
Tidak samar lagi, bahwa sebagian kaum muslimin turut berpartisipasi dalam perayaan natal. Lihat saja ketika di pasar-pasar, di jalan-jalan, dan pusat perbelanjaan. Sebagian dari kaum muslimin ada yang berpakaian dengan pakaian khas perayaan natal. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kaum muslimin untuk menyerupai kaum kafir.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)Pembicaraan Kelahiran Isa dalam Al Qur’an
Bacalah kutipan ayat di bawah ini. Allah Ta’ala berfirman,
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا
قَصِيًّا (22) فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ
يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا (23)
فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ
سَرِيًّا (24) وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ
رُطَبًا جَنِيًّا (25)
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia mengasingkan diri dengan
kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan
anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata:
‘Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang
yang tidak berarti, lagi dilupakan.’ Maka Jibril menyerunya dari tempat
yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah
menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak
kepadamu.” (QS. Maryam: 22-25)Kutipan ayat di atas menunjukkan bahwa Maryam mengandung Nabi ‘Isa ‘alahis salam pada saat kurma sedang berbuah. Dan musim saat kurma berbuah adalah musim panas. Jadi selama ini natal yang diidetikkan dengan musim dingin (winter), adalah suatu hal yang keliru.
Ketahuilah wahai kaum muslimin, perkara yang remeh bisa menjadi perkara yang besar jika kita tidak mengetahuinya. Mengucapkan selamat pada suatu perayaan yang bukan berasal dari Islam saja terlarang (semisal ucapan selamat ulang tahun), bagaimana lagi mengucapkan selamat kepada perayaan orang kafir? Tentu lebih-lebih lagi terlarangnya.
Meskipun ucapan selamat hanyalah sebuah ucapan yang ringan, namun menjadi masalah yang berat dalam hal aqidah. Terlebih lagi, jika ada di antara kaum muslimin yang membantu perayaan natal. Misalnya dengan membantu menyebarkan ucapan selamat hari natal, boleh jadi berupa spanduk, baliho, atau yang lebih parah lagi memakai pakaian khas acara natal (santa klaus, pent.)Allah Ta’ala telah berfirman,
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2).Coba kita lihat hari ini, banyak yang disebut ustadz/ustadzah di TV ucapin selamat natal dan katakan ini khilaf, ada perselisihan di antara para ulama.
Coba bandingkan saja keilmuan dan kewara’an ulama dahulu dan ulama saat ini. Yang disebut ulama di masa kini, mereka berkata bahwa dalam ucapan selamat natal bagi musim terdapat khilaf (ada beda pendapat). Namun ulama di masa silam katakan tidak ada beda pendapat sama sekali atau itu adalah Ijma’ (kesepakatan ulama).
Coba lihat saja perkataan Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah,
“Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.”
Bahkan jauh-jauh hari saja para sahabat Nabi sudah katakan jauhilah perayaan non-muslim, bukan malah dekati.
Umar berkata,
اجتنبوا أعداء الله في أعيادهم
“Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.”Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak boleh kaum muslimin menghadiri perayaan non muslim dengan sepakat para ulama. Hal ini telah ditegaskan oleh para fuqoha dalam kitab-kitab mereka. Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari ‘Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
لا تدخلوا على المشركين في كنائسهم يوم عيدهم فإن السخطة تنزل عليهم
“Janganlah kalian masuk pada non muslim di gereja-gereja mereka saat perayaan mereka. Karena saat itu sedang turun murka Allah.”Yang disebut ulama saat ini malah ada yang turut masuk gereja untuk merayakan natal dan ucapkan selamat natal.
Kami lebih tentram dengan pendapat ulama masa silam. Mereka berpendapat di atas ilmu, di atas kewara’an dan bukan ingin cari simpati orang. Kalau mau bandingkan ilmunya pun bagaikan langit dan …. .
Tapi itulah musibah di akhir zaman, banyak muncul ustadz-ustadz selebriti yang asal berfatwa.
Hamdun bin Ahmad pernah ditanya, ” Mengapa ucapan ulama salaf lebih berkesan dibanding ucapan kita?” Jawabnya,
لأنهم تكلموالعز الإسلام ونجاة النفوس ورضا الرحمن ، ونحن نتكلم لعزالنفوس وطلب الدنيا ورضا الخلق
“Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa
manusia dan keridhaan Ar-Rahman. Sedangkan kita berbicara untuk
kemuliaan diri sendiri, mencari dunia dan keridhaan manusia.” (Shifatush Shafwah, 4: 122)Al Hasan Al Bashri mengatakan,
إنما الفقيه من يخشى الله
“Orang yang faqih (berilmu) adalah yang takut pada Allah.” Dinukil
dari Talbisul Iblis karya Ibnul Jauzi. Cukup nasehat ini menjadi isyarat
bagi kita manakah orang yang berilmu dan manakah orang yang cuma cari
kemasyhuran dan ketenaran.Kerancuan Ritual Natal Dari Surat Maryam
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, washalatu wassalam ‘ala Rasulillah wa ‘alihi wa sohbihi. Amma ba’d
Surat Maryam merupakan surat ke 19 dari 114 surat di dalam Kalamullah atau al-Quran. Sebagian besar isi dari surat Maryam berkisar tentang kisah Nabi Isa dan Ibunya, Maryam, dari masa Maryam mengandung Nabi Isa sampai kisah melencengnya kaum Nasrani dari Agama yang dibawa Nabi Isa. Berangkat dari hal ini, maka sudah barang tentu keabsahan Natal -yang inti acaranya adalah perayaan lahirnya Nabi Isa atau “anak Tuhan” dalam prespektif Nasrani- bisa ditilik dari surat Maryam. Setidaknya ada dua kerancuan acara Natal yang bisa disimpulkan dari firman Allah di surat Maryam, yaitu kerancuan dalam waktu dan esensi acara.
Menyoal kapan nabi Isa lahir, di dalam surat maryam Allah menjelaskan,
Di dalam ayat tersebut Maryam diperintahkan untuk menggoyang pohon kurma agar buahnya gugur dan bisa dinikmati Maryam. Lantas apa hubungan kurma dengan kelahiran nabi Isa? Bagi yang pernah tinggal di tanah Arab tentu sangat hafal betul kapan kurma ini muncul dari pohon kurma, yaitu ketika musim panas. Maka dengan ini jelas bahwa 25 Desember yang bertepatan dengan musim dingin yang diklaim sebagai kelahiran Nabi Isa merupakan sebuah kerancuan karena Nabi Isa lahir ketika musim kurma, yaitu di musim panas.
Ayat ini menegaskan kepada kita betapa ucapan dan keyakinan bahwasanya Isa adalah anak Allah dapat membuat bumi luluh lantah layaknya hari kiamat. Hal ini -sebagaimana yang diutarakan oleh Ibnu Katsir (ulama tafsir abad kedelapan hijriah), “dikarenakan gunung-gunung, langit, dan bumi merupakan makhluk yang mengesakan Allah azza wa jalla, maka ketika mendengar perkataan yang bermuatan syirik dari manusia mereka hampir saja hancur sebagai bentuk pengagungan mereka terhadap Allah ta’ala” (tafsir surat maryam ayat 88-95).
Alhasil, melihat kerancuan-kerancuan di atas maka sudah barang tentu keyakinan kaum Nasrani ini tidak dapat diterima di dalam agama Islam. Maka segala hal yang mengarah kepada dukungan ataupun apresiasi yang di praktikan dengan ucapan selamat, memakai atribut natal, dan sebagainya tidak dapat dibenarkan.
Selain itu, ayat-ayat di atas juga memberi kita pelajaran akan pentingnya membaca dan mendalami makna al-Quran agar kita terhindar dari berbagai penyimpangan sebagaimana yang kita dambakan dan kita pinta selalu ketika shalat “Ihdinassiratal Mustaqim” tunjukilah kami jalan yang lurus.
Seorang politikus Islam -yang tidak patut dicontoh- berkata, “Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani.”
Padahal Mengucapkan Selamat Natal itu Haram Ada beberapa alasan ucapan selamat natal itu haram.
Pertama, Natal bukan perayaan umat Islam
Hari besar Islam hanyalah dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan natal, kelahiran Isa -menurut Nashrani- bukan perayaan umat Islam. Dan Islam tidak pernah menjadikan hari lahir nabi sebagai hari besar.
Kedua, mengucapkan selamat natal termasuk loyal pada orang kafir.
Islam memiliki prinsip wala dan baro’, yaitu loyal pada orang muslim dan tidak mendukung orang kafir. Termasuk bentuk dukungan dan loyal pada orang kafir adalah mengucapkan selamat natal. Inilah yang dikatakan oleh para ulama.
Ibnu Hazm telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa loyal (wala’) pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. (Al Muhalla, 11: 138).
Ketiga, Mengucapkan selamat natal haram berdasarkan ijma’ atau kata sepakat ulama.
Ibnul Qayyim berkata, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.” (Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 441)
Keempat, muslim diperintahkan menjauhi perayaan non muslim, bukan malah memeriahkan dan mengucapkan selamat.
Umar berkata,
Hal ini berarti meninggalkan cinta karena Allah dan permusuhan karena Allah. Bahkan ia semakin memberikan dorongan kepada para pendurhaka dan perusak. Maka orang penjilat atau mudahin seperti ini termasuk dalam firman Allah,
Nah … ucapan selamat natal dari para politikus bisa jadi adalah suatu bentuk mudahanah, dalam rangka cari suara. Karena jika mereka tidak mengucapkan “greeting” seperti itu, bagaimana mungkin suaranya bisa terangkat pada Pemilu 2014 mendatang?
Kalau ingin meninggalkan ucapan selamat natal, lakukanlah karena Allah, bukan karena manusia. Begitu pula jika mau ucapkan, dasarilah karena Allah, bukan karena tidak enak pada rekan, teman atau saudara. Karena sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah, itulah yang diridhoi. Bagaimana mau dikatakan Allah ridho, sedangkan memeriahkan perayaan orang kafir saja sudah Allah larang? Allah Ta’ala berfirman,
Yang dimaksud menghadiri acara az zuur adalah acara yang mengandung maksiat. Perayaan natal jelas-jelas adalah perayaan kekufuran yang lebih dari maksiat karena sama saja memperingati lahirnya anak Tuhan. Padahal Allah tidak memiliki anak sebagaimana disebut dalam ayat,
Jika seorang muslim mengucapkan selamat natal pada Nashrani, maka sama saja ia setuju dengan perayaan kelahiran anak Tuhan. Na’udzu billah. Semoga Allah memberikan kepada kita keselamatan.
Alhamdulillah, washalatu wassalam ‘ala Rasulillah wa ‘alihi wa sohbihi. Amma ba’d
Surat Maryam merupakan surat ke 19 dari 114 surat di dalam Kalamullah atau al-Quran. Sebagian besar isi dari surat Maryam berkisar tentang kisah Nabi Isa dan Ibunya, Maryam, dari masa Maryam mengandung Nabi Isa sampai kisah melencengnya kaum Nasrani dari Agama yang dibawa Nabi Isa. Berangkat dari hal ini, maka sudah barang tentu keabsahan Natal -yang inti acaranya adalah perayaan lahirnya Nabi Isa atau “anak Tuhan” dalam prespektif Nasrani- bisa ditilik dari surat Maryam. Setidaknya ada dua kerancuan acara Natal yang bisa disimpulkan dari firman Allah di surat Maryam, yaitu kerancuan dalam waktu dan esensi acara.
Pertama Kerancuan Waktu
Perayaan natal dilaksanakan tepat di tanggal yang diklaim sebagai tanggal kelahiran Nabi Isa. Berkenaan dengan hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan Nasrani kapan Nabi Isa dilahirkan. Pendapat yang terkenal dan diamini mayoritas pemeluk agama ini adalah 25 desember. Sebagaimana yang sudah lumrah 25 desember bertepatan dengan musim dingin di berbagai belahan dunia, layaknya Amerika bahkan di negara-negara Arab.Menyoal kapan nabi Isa lahir, di dalam surat maryam Allah menjelaskan,
فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ
النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا
مَنْسِيًّا (23) فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ
رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا (24) وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ
تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا (25)
“Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar) pada
pangkal pohon kurma, dia (maryam) berkata, ‘wahai, betapa (baiknya) aku
mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan
dilupakan.’ Maka dia (jibril) berseru kepadanya dari tempat yang rendah,
‘janganlah engkau bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan
anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal kurma itu ke arahmu,
niscaya (pohon) ini akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (Qs: Maryam 23-24).Di dalam ayat tersebut Maryam diperintahkan untuk menggoyang pohon kurma agar buahnya gugur dan bisa dinikmati Maryam. Lantas apa hubungan kurma dengan kelahiran nabi Isa? Bagi yang pernah tinggal di tanah Arab tentu sangat hafal betul kapan kurma ini muncul dari pohon kurma, yaitu ketika musim panas. Maka dengan ini jelas bahwa 25 Desember yang bertepatan dengan musim dingin yang diklaim sebagai kelahiran Nabi Isa merupakan sebuah kerancuan karena Nabi Isa lahir ketika musim kurma, yaitu di musim panas.
Kerancuan Kedua Esensi Perayaan Natal
Inti dari perayaan Natal adalah perayaan akan lahirnya Nabi Isa yang diyakini sebagai Anak Allah oleh kaum nasrani. Keyakinan nabi Isa sebagai anak Allah ini dicap sesat dan kufur di berbagai tempat di dalam al-Quran tak terkecuali di surat Maryam. Di dalamnya digambarkan betapa buruknya dan besarnya nilai kemungkaran keyakinan tersebut. Allah berkata di dalam surat Maryam,
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ
مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (90) أَنْ
دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (91)
“Hampir saja langit pecah, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung
runtuh, (karena ucapan itu), Karena mereka menganggap Allah yang maha
pengasih mempunyai anak” (Qs: Maryam, 90-91).Ayat ini menegaskan kepada kita betapa ucapan dan keyakinan bahwasanya Isa adalah anak Allah dapat membuat bumi luluh lantah layaknya hari kiamat. Hal ini -sebagaimana yang diutarakan oleh Ibnu Katsir (ulama tafsir abad kedelapan hijriah), “dikarenakan gunung-gunung, langit, dan bumi merupakan makhluk yang mengesakan Allah azza wa jalla, maka ketika mendengar perkataan yang bermuatan syirik dari manusia mereka hampir saja hancur sebagai bentuk pengagungan mereka terhadap Allah ta’ala” (tafsir surat maryam ayat 88-95).
Alhasil, melihat kerancuan-kerancuan di atas maka sudah barang tentu keyakinan kaum Nasrani ini tidak dapat diterima di dalam agama Islam. Maka segala hal yang mengarah kepada dukungan ataupun apresiasi yang di praktikan dengan ucapan selamat, memakai atribut natal, dan sebagainya tidak dapat dibenarkan.
Selain itu, ayat-ayat di atas juga memberi kita pelajaran akan pentingnya membaca dan mendalami makna al-Quran agar kita terhindar dari berbagai penyimpangan sebagaimana yang kita dambakan dan kita pinta selalu ketika shalat “Ihdinassiratal Mustaqim” tunjukilah kami jalan yang lurus.
Ucapan Selamat Natal Karena Alasan Politik
Coba kita perhatikan esok hari ketika Nashrani merayakan Natal, maka kita akan melihat sebagian politikus dan caleg bahkan dari partai Islam mengucapkan selamat natal.Seorang politikus Islam -yang tidak patut dicontoh- berkata, “Saya tiap tahun memberi ucapan selamat Natal kepada teman-teman Kristiani.”
Padahal Mengucapkan Selamat Natal itu Haram Ada beberapa alasan ucapan selamat natal itu haram.
Pertama, Natal bukan perayaan umat Islam
Hari besar Islam hanyalah dua yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Perayaan natal, kelahiran Isa -menurut Nashrani- bukan perayaan umat Islam. Dan Islam tidak pernah menjadikan hari lahir nabi sebagai hari besar.
Kedua, mengucapkan selamat natal termasuk loyal pada orang kafir.
Islam memiliki prinsip wala dan baro’, yaitu loyal pada orang muslim dan tidak mendukung orang kafir. Termasuk bentuk dukungan dan loyal pada orang kafir adalah mengucapkan selamat natal. Inilah yang dikatakan oleh para ulama.
Ibnu Hazm telah menukil adanya ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa loyal (wala’) pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan. (Al Muhalla, 11: 138).
Ketiga, Mengucapkan selamat natal haram berdasarkan ijma’ atau kata sepakat ulama.
Ibnul Qayyim berkata, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) para ulama.” (Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 441)
Keempat, muslim diperintahkan menjauhi perayaan non muslim, bukan malah memeriahkan dan mengucapkan selamat.
Umar berkata,
اجتنبوا أعداء الله في أعيادهم
“Jauhilah musuh-musuh Allah di perayaan mereka.” Disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ahkam Ahli Dzimmah, 1: 724.Mudahanah, Melakukan Keharaman Hanya untuk Suara
Mudahanah artinya berpura-pura, menyerah dan meninggalkan kewajiban amar ma’ruf nahi mungkar serta melalaikan hal tersebut karena tujuan duniawi atau ambisi pribadi. Maka berbaik hati, bermurah hati atau berteman dengan ahli maksiat ketika mereka berada dalam kemaksiatannya, sementara ia tidak melakukan pengingkaran padahal ia mampu kelakukannya maka itulah mudahanah.Hal ini berarti meninggalkan cinta karena Allah dan permusuhan karena Allah. Bahkan ia semakin memberikan dorongan kepada para pendurhaka dan perusak. Maka orang penjilat atau mudahin seperti ini termasuk dalam firman Allah,
لُعِنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ
وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (78)
كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا
يَفْعَلُونَ (79) تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ
كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ (80)
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan
Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka
durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah
apa yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari
mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik).
Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka,
yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan.” (QS. Al Ma’idah: 78-80).Nah … ucapan selamat natal dari para politikus bisa jadi adalah suatu bentuk mudahanah, dalam rangka cari suara. Karena jika mereka tidak mengucapkan “greeting” seperti itu, bagaimana mungkin suaranya bisa terangkat pada Pemilu 2014 mendatang?
Cari Ridha Manusia Semata
Seharusnya seseorang mencari ridha Allah, bukan cari ridha manusia yang membuat Allah murka. Dalam hadits riwayat Ibnu Hibban disebutkan,
مَنْ
اِلْتَمَسَ رِضَا اللَّهِ بِسَخَطِ النَّاسِ رضي الله عنه وَأَرْضَى
عَنْهُ النَّاسَ ، وَمَنْ اِلْتَمَسَ رِضَا النَّاسِ بِسَخَطِ اللَّهِ
سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَسْخَطَ عَلَيْهِ النَّاسَ
“Barangsiapa yang mencari ridho Allah saat manusia tidak suka,
maka Allah akan meridhoinya dan Allah akan membuat manusia yang
meridhoinya. Barangsiapa yang mencari ridho manusia dan membuat Allah
murka, maka Allah akan murka padanya dan membuat manusia pun ikut murka.”Kalau ingin meninggalkan ucapan selamat natal, lakukanlah karena Allah, bukan karena manusia. Begitu pula jika mau ucapkan, dasarilah karena Allah, bukan karena tidak enak pada rekan, teman atau saudara. Karena sesuatu yang didasari ikhlas karena Allah, itulah yang diridhoi. Bagaimana mau dikatakan Allah ridho, sedangkan memeriahkan perayaan orang kafir saja sudah Allah larang? Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak memberikan menghadiri az zuur, dan
apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon: 72).Yang dimaksud menghadiri acara az zuur adalah acara yang mengandung maksiat. Perayaan natal jelas-jelas adalah perayaan kekufuran yang lebih dari maksiat karena sama saja memperingati lahirnya anak Tuhan. Padahal Allah tidak memiliki anak sebagaimana disebut dalam ayat,
وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
“Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allah mempunyai anak”. Maha
Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan
Allah; semua tunduk kepada-Nya.” (QS. Al Baqarah: 116).Jika seorang muslim mengucapkan selamat natal pada Nashrani, maka sama saja ia setuju dengan perayaan kelahiran anak Tuhan. Na’udzu billah. Semoga Allah memberikan kepada kita keselamatan.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking