Oleh : Dr Adian Husaini
Jokowi akan dikorbankan?
Jokowi akan dikorbankan?
Aloysius menulis: “Jesus menjadi
tokoh ideal yang berpraksis bela rasa dan solider kepada korban, bukan
kepada penguasa dan pemilik modal. Itulah buah teologi blusukan dan
praksis dari pastoral blusukan Jesus. Akibatnya, Jesus dijatuhi hukuman
mati, bahkan dianggap pemberontak. Tanda-tanda mukjizat dan buah-buah
pastoral blusukan-Nya tidak dianggap. Dia justru dituduh menggunakan
ilmu sihir dan menyesatkan rakyat. Begitulah, para pemuka agama dan
politikus busuk yang memusuhi-Nya kemudian bersekongkol dengan
prokurator Romawi bernama Pontius Pilatus. Jesus dijatuhi hukuman mati.”
Bagi kaum Kristen, babak terpenting
dari episode kehidupan Jesus adalah penyaliban dan kebangkitan Jesus.
Itulah inti agama Kristen (Christianity). Tidak ada agama Kristen tanpa
adanya konsep penyaliban dan kebangkitan (crucifixion and resurrection)
Jesus. Maka, kita patut bertanya, jika Jokowi disamakan dengan Jesus
dalam perspektif Kristen, apakah pada akhirnya Jokowi juga akan
“disalib” dan “dikorbankan” demi “menebus dosa kaum tertentu”?
Kaum Katolik Indonesia mengaku
memiliki “syahadat” versi Katolik yang bunyinya: “Kami percaya pada satu
Allah, Bapa Yang Mahakuasa, Pencipta segala yang kelihatan maupun yang
tidak kelihatan. Dan pada satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah, Putra
Tunggal yang dikandung dari Allah, yang berasal dari hakikat Bapa, Allah
dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah Benar,
dilahirkan tetapi tidak diciptakan, sehakikat dengan Bapa, melalui dia
segala sesuatu menjadi ada…” (Lihat buku, Konsili-konsili Gereja karya
Norman P. Tanner, hal. 36-37).
Jokowi adalah muslim. Bahkan, sudah
menunaikan ibada haji. Sebagai Muslim, ia sudah bersaksi, bahwa “Tidak
ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.” Jokowi pasti
yakin, Allah tidak punya anak dan tidak diperanakkan. Ia juga yakin akan
kebenaran al-Quran, yang menjelaskan bahwa Jesus (Isa a.s.) adalah
manusia, seorang Nabi. Jesus bukan Tuhan atau anak Tuhan. Bahkan
al-Quran dengan tegas menyatakan: “Sungguh telah kafirlah orang-orang
yang mengatakan, bahwa Allah itu sama dengan Isa Ibnu Maryam. Padahal,
al-Masih Isa Ibnu Maryam berkata, wahai Bani Israil sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhan kalian. Sesungguhnya siapa yang menserikatkan Allah
maka Allah akan mengharamkan sorga baginya, dan tempatnya di neraka. Dan
orang-orang zalim itu tidak akan mendapatkan pertolongan.” (QS 5:72).
Juga, disebutkan dalam al-Quran,
sungguh kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Isa adalah salah satu
dari yang tiga (QS 5:73). Allah juga murka karena dituduh punya anak.
Orang yang menuduh Allah punya anak, sungguh telah melakukan kejahatan
besar di mata Allah (QS 19:88-91). Al-Quran pun membantah bahwa Nabi Isa
a.s. telah mati di tiang salib. Tidak ada bukti yang meyakinkan tentang
itu. (QS 4:157, QS 18:4-5). Menuduh Allah punya anak atau punya sekutu
adalah tindakan syirik, dosa terbesar dalam pandangan Islam. Karena itu
syirik disebut sebagai “kezaliman besar”. (QS 31:13). Nabi Muhammad saw
ditugaskan oleh Allah untuk mengajak kaum Kristen agar mereka kembali
kepada “satu kata” yang sama, yaitu hanya menyembah Allah dan tidak
menyekutukan Allah dengan apa pun juga (misi Tauhid) (QS 3:64).
Dalam perspektif Islam, menyamakan
antara Jesus dengan Jokowi bisa dikatakan “sangat keliru” dan “sangat
berlebihan”. Kaum Muslim Indonesia tentu berharap, Haji Jokowi tidak
mau “disalib” dan “dikorbankan” untuk dinobatkan sebagai juru selamat
kaum tertentu di Indonesia. Tapi, itu terpulang kepada Pak Haji Jokowi,
karena beliau sendiri yang akan bertanggung jawab kepada Allah: apakah
ikut berjuang memperkuat misi seluruh Nabi dalam menegakkan Tauhid dan
Rahmatan lil-alamin atau mendukung dan memperkuat kesesatan dan
kemusyrikan di negeri tercinta ini. Sebagai rakyat, kita hanya
menyampaikan taushiyah, hanya sekedar mengingatkan. Wallahu a’lam bish-shawab.*/Depok, 17 Mei 2014
Penulis
adalah Ketua Program Magister dan Doktor Pendidikan Islam—Universitas
Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan (CAP) hasil kerjasama Radio Dakta
107 FM dan hidayatullah.com
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking